Tragedi Anak Asuh HOS Tjokroaminoto; Soekarno, Musso dan M Kartosuwirjo {1}

April 17, 2012

Image

HOS Tjokroaminoto tokoh Sarekat Islam yang konon mempunyai pengikut sejumlah dua juta orang itu. Pada dekade kedua abad ke-20, dianggap sebagai lambang perlawanannasionalisme. Adalah wajar kalau kediamannya sering dikunjungi tokoh-tokoh nasionalisme Indonesia, seperti Agus Salim, Ki Hajar Dewantara dan Hendrikus Sneevliet. Kalau boleh menggunakan istilah yang digunakan John D Legge, orang-orang yang sering berkunjung kerumah Tjokroaminoto adalah merupakan – apa dan siapa – awalnya nasionalisme Indonesia.

Di kediaman Tjokroaminoto itulah Musso dan Soekarmo mondok dan banyak belajar tentang politik. Ketika itu kemasyuran Tjokroaminoto sedang mencapai puncaknya, Soekarno bukan hanya belajar politik, malahan ia menjadi menantu tokoh Sarekat Islam itu. Lewat pernikahan dengan putri sulungnya, Utari. Sebenarnya pernikahan itu sama sekali bukan saja berdasarkan saling cinta, tetapi dapat dikatakan merupakan lambang hubungan yang erat dengan sang pelindung.

Ada dugaan Tjokroaminoto menginginkan Soekarno agar sebagai pewaris kepemimpinannya di Sarekat Islam.Tetapi, pernikahan itu tidak berlangsung lama dan bersamaan dengan itu telah terjadi perbedaan pandangan politik dengan sang pelindung. Menurut pengakuan Soekarno, disebabkan ia lebih mengutamakan kebangsaan sebagai landasan perjuangan, sedangkan Tjokroaminoto berjuang demi Islam.

Keyakinan itu diperoleh Soekarno ketika ia berada di Bandung sebagai mahasiswa Techniche Hogere School (Sekolah Teknik Tinggi) dimana ia berkenalan dengan Tjipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker., yang merupakan pentolan dari Indische Partij yang memudian berubah nama menjadi National Indische Partij.

Pada waktu Tjokroaminoto ditangkap sehubungan dengan terjadinya peristiwa “AfdelingB“ di Garut pada tahun 1921, Soekarno kembali ke Surabaya, bekerja sebagai klerk di Stasiun Kereta Api untuk meringankan beban keluarga Tjokroaminoto.  Sedangkan Musso yang terlibat dalam peristiwa “Afdeling B” dan dipenjara, walaupun begitu ia secara tegas menolak memberi keterangan apa pun berkaitan dengan Tjokroaminoto dalam hubungan dengan SI “Afdeling B”. Dan di balik penjara ini ia mendapat pelajaran politik tentang komunis secara intensif. Tetapiwalaupun demikian bukan berarti ia langsung menaruh simpati dengan PKI. Dalam pertentangan Semaun melawan Hadji Agus Salim/Abdul Muis, Musso masih menaruh hormat terhadap Tjokroaminoto.

Pada tahun 1926, ketika pemerintah Hindia Belanda memutuskan menangkap Musso, tetapi ia menghilang. Ternyata Musso kabur ke Singapura. Kemudian ia bersama Alimin ke Moskaw untuk membicarakan Keputusan Prambanan, setelah Tan Malaka sebagai wakil Comintern yang diterima Alimin di Manila, menolak keputusan PKI mengadakan pemberontakan (Keputusan Prambanan). Di sana mereka berdua mendapat jawaban dari Stalin, tidak diperkenankan mengadakan pemberontakan. Bahkan keduanya dipersilahkan tinggal selama tiga bulan untuk mendapat indoktrinasi kembali atas teori perjuangan revolusioner.

Akhirnya mereka disuruh pulang dengan membawa keputusan, bahwa Stalin melarang PKI mengadakan pemberontakan. Tetapi ketika mereka dalam perjalanan pulang ke Indonesia. Pemberontakan meletus pada bulan November 1926 di Jawa Barat dan Sumatra Barat pada tahun1927.  Akibatnya PKI dibubarkan dan semua aktivisnya dibuang. Akibatnya Musso kembali ke Uni Soviet untuk sekolah lagi sebagai petugas “ Comintern “.

Berbeda dengan Soekarno dan Musso pada waktu Kartosuwiryo tinggal di kediaman Tjokroaminoto pada tahun 1927, kedudukan Tjokroaminoto di dalam gerakan nasionalis berubah. Ia bukan lagi tokoh dari Partai Islam yang besar (Sarekat Islam), yang mampu mempersatukan rakyat dari keyakinan Islam, Komunis, dan Nasionalis, tetapi hanya menjadi tokoh dari Partai Islam yang kecil (Partai Sarekat Islam Indonesia).

Kini, Soekarno bertindak sebagai juru bicara utama dari gerakan perlawanan Nasionalisme Indonesia. Ia telah mengambil alih kedudukan Tjokroaminoto. Kalau Soekarno dengan Tjokroaminoto bersilang pandangan, Kartosuwiryo tidak. Dapatdikatakan, ia selalu setia kepada keyakinan politiknya.

 

Kartosuwiryo adalah sekretaris pribadiTjokroaminoto sampai ia pindah ke Malangbong sebagai wakil PSII untuk Jawa Barat (1929), kemudian kariernya menanjak, ia sebagai sekretaris umum (1931) dan wakil ketua (1936). Percecokan internal menyebabkan Kartoswiryo terpaksa meninggalkan PSII (1939). Masalahnya adalah perlu tidaknya PSII bekerja sama dengan rezim kolonial.

Ketika Soekarno berada dalam pengasingan pada tahun 1935, Musso secara diam-diam kembali ke Hindia Belanda mencoba membangkitkan kembali cara-cara radikal dengan mencoba menghidupkan PKI. Tetapi yang jelas jelas usaha itu terlalu lemah dan tidak berhasil guna, sehingga boleh dikatakan tidak ada.

Kemudian tidak beberapa lama Musso menyingkirkan kembali ke Uni Soviet. Pada masa pendudukan Jepang, Soekarno dan Kartosuwiryo mengambil jalan berbeda. Kalau Soekarno sibuk dengan organisasi buatan Jepang, sebaliknya Kartosuwiryo menyibukkan diri di Insitut Suffah, yang dikenal sebagai lembaga kader politik Islam. Hanya bedanya, kalau dahulu lembaga ini sibuk dengan memberikan pendidikan umum, kini berubah menjadi lembaga kemiliteran. Dan lewat wadah inilah nantinya yang memungkinkan terjadi hubungan pribadiantara Kartosuwryo dengan panglima-panglima Tentara Islam Indonesia yang terwujud dalam pemberontakan Darul Islam.

Dalam organisasi buatan Jepang ini (BPUPKI). Soekarno nantinya dalam sidang-sidang, menawarkan konsepsi Pancasila sebagai dasar negara. Tawaran ini dapat dikatakan mencoba menampung aspirasi kelompok nasionalis dan Islam. Sebaliknya dari kalangan pimpinan Islam terlihat betapa tidak tersedianya kematangan dan kesiapan untuk menawarkan suatu konsepsi. Sedangkan Kartosuwiryo sendiri tidak terlibat dalam perumusandasar negara yang diadakan organisasi buatan Jepang itu. Ada kemungkinan ia tidak dianggap penting. Sebab namanya tidak tercantum dalam orang Indonesia yang terkemuka di Jawa Whos”s Who yang diterbitkan balatentara Jepang.

Bersambung……..

Sumber:   Web: http://www.peterkasenda.wordpress.com

Satu Tanggapan to “Tragedi Anak Asuh HOS Tjokroaminoto; Soekarno, Musso dan M Kartosuwirjo {1}”


  1. […] Tragedi Anak Asuh HOS Tjokromaminoto -1- […]


Tinggalkan komentar